Pengembangan Obat Bahan Alam dalam Islam: Sebuah Kajian dalam Perspektif Botani Farmasi

Tulisan ini telah dimuat dalam: Bunga Rampai Islam dalam Disiplin Imu 2019  (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Islam Indonesia)ABSTRAKAgama Islam merupakan agama yang bersifat lengkap-menyeluruh meliputi semua aspek kehidupan manusia dan fleksibel-adaptatif mengikuti perkembangan teknologi. Dalam Islam, Al-Quran dan risalah Nabi telah menjadi rujukan dalam praktik atau terapi dengan bahan alam. Terdapat sebelas famili tanaman obat yang tersebut di dalam Al-Quran di samping beberapa teknik pengobatan yang diajarkan Rasulullah. Namun, sejauh ini belum ada usaha yang komprehensif dalam pengembangan bahan alam sebagai obat yang tersebut di dalam Al-Quran. Diperlukan pendekatan baru, seperti pendekatan botani farmasi untuk dapat memberikan arahan terstruktur dalam pengembangan obat bahan alam dalam rangka membumikan Al-Quran.  Kata Kunci : obat bahan alam, botani farmasi, aktivitas farmakologi.Sinergi Strategi Pengembangan Obat Bahan Alam Menurut Al-Quran dan Botani FarmasiAl-Quran dan risalah Nabi telah menjadi sumber ilmu dan panduan dalam kehidupan umat Islam, khususnya yang terkait dengan sistem pengobatan dengan bahan alam. Beberapa surah dan ayat bahkan diberi nama dengan nama tanaman atau bahan alam tersebut seperti surat At-Tin atau An- Nahl. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai penggambaran pentingnya bahan alam tersebut bagi manusia. Namun, selama ini, usaha pengembangan dan penemuan obat dari bahan alam justru lebih banyak dilakukan oleh peneliti negara-negara maju yang notabene adalah negara non-Muslim. Capaian mereka sudah sampai pada penemuan struktur senyawa baru dan mekanisme obat sampai pada tingkat molekuler. Bahkan, kajian penelitiannya sudah merambah sampai ke bahan alam bahari dan mikroorganisme. Sementara itu, penelitian bahan alam oleh negara-negara Muslim masih berkutat pada eksplorasi potensi dengan skrining farmakologi dan belum ada capaian fenomenal terkait dengan penemuan obat bahan alam.Adanya kerangka berpikir yang menyatakan bahwa kemajuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti non-Muslim merupakan salah satu tanda bukti kebenaran dan mukjizat Al-Quran harus mulai ditinggalkan. Seharusnya, sebagai seorang Muslim yang telah dipandu dengan Al-Quran memiliki bekal yang lebih untuk mengembangkan suatu penelitian karena hal merupakan esensi firman yang pertama, yaitu Iqra (perintah membaca). Arah penelitian hendaknya bukan lagi bottom-up dengan melakukan justifikasi dan akuisisi semata bahwa penelitian yang telah dilakukan merupakan bukti kebesaran Al-Quran.

Sebaliknya, hal ini harus dilakukan dengan prinsip membumikan Al-Quran dengan arah penelitian menjadi top-down. Proses ini dimulai dari mengkaji ayat-ayat Al-Quran sebagai rencana induk penelitian kemudian melanjutkannya dengan memaknai dan menelitinya sebagai laboratorium (bahan) penelitian. Sebagai contoh, jika kita membahas tentang bahan alam, kita dapat mengaitkannya dengan QS Fussilat (41): 53, “Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan diri mereka sendiri sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran”. Ayat ini menghendaki kita memaknai bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah berupa obat bahan alam tidak akan terlihat dan terbaca oleh orang yang tidak bisa iqra, berpikir, dan melakukan penelitian untuk menghasilkan suatu produk yang bermanfaat (obat).Oleh karena itu, salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menyinergikan apa yang tertulis di dalam Al-Quran dengan keilmuan pengobatan dalam rangka penemuan obat alam adalah dengan pendekatan botani farmasi. Cakupan keilmuan botani farmasi meliputi sistematika dan morfologi-anatomi tumbuhan obat beserta aktivitas farmakologinya. Dengan pendekatan ini, suatu spesies tanaman bisa dikaitkan dengan tanaman lain yang sekerabat, baik dalam satu genus dan bahkan tribus atau famili. Tanaman yang terdapat dalam satu famili tersebut selanjutnya dapat dilihat potensi pengembangannya dengan melakukan sinergi antara studi Al-Quran maupun berdasarkan database penelitian yang bisa diakses secara daring dan luring. Strategi pengembangan di atas dapat diilustrasikan secara skematis pada gambar 1.

Gambar 1. Sinergi antara pendekatan botani farmasi dan studi Al-Quran dalam obat bahan alam.  Setidaknya, terdapat tiga belas tanaman obat yang dituliskan secara jelas dan sebelas famili tanaman yang disiratkan oleh Al-Quran (Azarpour et al., 2014). Dalam penjelasan berikut hanya dikemukakan enam famili beserta tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran.Moraceae/Pohon tin (Ficus carica) disebutkan dalam QS At-Tin (95): 1            Tanaman ini dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antikanker, hepatoprotektif, hipoglikemik, hipolipidemik, dan antimikroba (Mawa et al., 2013). Buah tin telah banyak digunakan di Eropa dan daerah Timur Tengah sebagai buah yang kaya serat dan digunakan dalam berbagai olahan kuliner. Famili Moraceae terdiri atas 1000 spesies dan 40 genera dengan beberapa spesies penting di antaranya Ficus sp., Mulberi (Morus sp), dan nangka (Artocarpus sp). Selain diambil buahnya, famili Moraceae biasanya digunakan untuk sumber latex dan timber (Dallwitz and Watson, 1992). Liliaceae/Bawang putih (Allium sativum) dan bawang bombay (Allium cepa) disebutkan dalam QS Al-Baqarah (2): 61Bawang putih telah menjadi bagian dari sistem pengobatan turun-temurun di seluruh dunia. Tanaman ini dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antikanker, hepatoprotektif, hipoglikemik, dan hipolipidemik (Sedighi et al., 2017). Seperti bawang putih, bawang bombay juga telah digunakan untuk pengobatan dan sumber nutrisi sejak 3000 SM. Dalam Papyrus ebers, disebutkan kegunaannya untuk mengobati bengkak karena gigitan serangga, obat cacing, dan antibakteri.Leguminosae/Alhagi maurorum disebutkan dalam QS Al-Baqarah (2): 57 dan QS Al-A’raf (7): 160Tanaman ini berasal dari kawasan Timur Tengah dan Eurasia, berupa semak dengan duri panjang. Kegunaan tanaman ini adalah untuk mengobati reumatik serta inflamasi pada hati dan saluran kemih (Dias et al., 2012).Cucurbitaceae/Labu Air (Lagenaria siceraria) disebutkan dalam QS As-Saffat (37): 126 dan Timun (Cucumis sativus) disebutkan dalam QS Al-Baqarah (2): 61            Tanaman L. siceraria digunakan untuk mengobati diabetes, aprodisiak, mengobati penyakit kuning, antihipertensi, dan penyakit kulit (Prajapati et al., 2010). Penelitian lain mengemukakan aktivitas immunomoduator, antikanker, dan anti-HIV dari L. siceraria (Ahmad et al., 2011). Sementara itu, buah timun mengandung mineral, vitamin, senyawa fenolik, asam amino, fitosterol, terpenoid, dan tanin. Aktivitas biologi dari tanaman ini adalah antimikroba, antioksidan, antihipertensi, dan penyembuh luka. Ekstrak dari buah timun telah banyak dikembangkan untuk sediaan kosmetik terutama untuk mencegah penuaan (keriput) (Fiume et al., 2012; John et al., 2018; Uzuazokaro et al., 2018).Vitaceae/Anggur (Vitis vinifera) disebutkan dalam QS Al-Isra (17): 91; QS Al-Baqarah (2): 266; QS Ar-Ra’d (13): 4; QS Yasin (36): 34            Buah anggur disebutkan berkali-kali dalam Al-Quran untuk memberikan gambaran kenikmatan dan kegunaan dari buah ini. Buah anggur kaya akan gula, vitamin, mineral, tanin, flavonoid, antosianin, dan resveratrol. Tanaman ini telah digunakan untuk menjaga kesehatan selama ribuan tahun di berbagai negara, terutama di daerah subtropis. Buah anggur memiliki aktivitas sebagai antioksidan karena kandungan resveratrol dan antosianin, kardioprotektif, hepatoprotektif, antikarsinogenik, antimikrobia, dan antidiabetik (Reddy, 2013). Buah anggur telah banyak diformulaiskan ke dalam bentuk sediaan suplemen dan sediaan kosmetik, terutama untuk krim wajah dan masker.Oleaceae/Zaitun (Olea europea) disebutkan dalam QS Al-An’am (6): 99, 141; QS An-Nahl (16): 11; QS Al-Mu’minun (40): 20; QS Abasa (80): 29; QS An-Nur (24): 35; QS At-Tin (95):1.            Buah dan daun zaitun telah banyak digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai penyakit dan untuk menjaga kesehatan, terutama di kawasan Eropa dan Asia Barat. Daun tanaman ini digunakan untuk mengobati demam dan malaria. Senyawa oleuropein yang terdapat di daun dan daging buahnya memiliki aktivitas antiaritmia, antispame, immunostimulant, kardioprotektif, hipotensif, antimikroba, antiinflamasi, dan hipoglikemik (Han et al., 2007; Hashmi et al., 2015). Buahnya selain digunakan untuk bahan makanan juga telah digunakan minyaknya untuk berbagai sediaan farmasi seperti emulsi, maupun untuk sediaan kosmetik.             Gambaran pendekatan botani farmasi dalam pengembangan obat bahan alam yang tertulis di dalam Al-Quran bisa dilihat aplikasinya pada famili Oleaceae pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Pendekatan Botani Farmasi berdasar Al-Quran dalam pengembangan famili Oleaceae  Seperti terlihat pada gambar 2, penyebutan buah zaitun dalam Al-Quran bisa dilanjutkan dengan pencarian tanaman lain dalam satu famili Oleaceae. Famili Oleaceae terdiri atas empat tribus, yaitu Myxopyreae, Forsythieae, Fontanesiae, Jasmineae, dan Oleae. Masing-masing tribus kemudian dicari tanaman yang secara sistematika termasuk di dalamnya berikut aktivitas farmakologi, kandungan kimia, maupun data toksisitasnya melalui telusur database seperti DNP, Scifinder, Knapsack, dan Pubmed dengan kata kunci nama spesies tanaman tersebut. Hasil pencarian aktivitas farmakologi dapat dipetakan seperti dalam bagan sehingga akan terlihat tanaman yang potensial dikembangkan. Hal yang sama berlaku juga untuk tanaman dan famili lain yang disebutkan dalam Al-Quran.Dengan pendekatan botani farmasi, diharapkan jalan penelitian untuk pengembangan tanaman berbasis Al-Quran akan lebih terstruktur. Dengan demikian, tujuan untuk membumikan Al-Quran berupa ayat-ayat terkait dengan tanaman obat akan semakin mudah diwujudkan. Wallahualam bishawab, demikian sedikit pemikiran dari penulis. Penulis: Asih Triastuti dapat dihubungi di asih.triastuti@uii.ac.idDaftar PustakaAhmad, I., Irshad, M., Rizvi, M.M.A., 2011. “Nutritional and medicinal potential of Lagenaria siceraria.” International Journal of Vegetable Science 17, 157–170. https://doi.org/10.1080/19315260.2010.526173Azarpour, E., Moraditochaee, M., Bozorgi, H.R., 2014. “Study medicinal plants in holy Quran”. Advances in Environmental Biology 8, 1309–1314.Dallwitz, L., Watson, M.J., 1992. “The Families of Angiosperms.” Angiosperm families – Apodanthaceae Van Tiegh. The. URL https://www.delta-intkey.com/angio/www/apodanth.htmDias, D.A., Urban, S., Roessner, U., 2012. “A Historical Overview of Natural Products in Drug Discovery.” Metabolites 2, 303–336. https://doi.org/10.3390/metabo2020303Fiume, M.M., Alan Andersen, F., Bergfeld, W.F., Belsito, D. V, Hill, R.A., Klaassen, C.D., Liebler, D., Marks, J.G., Shank, R.C., Slaga, T.J., Snyder, P.W., 2012. “Tentative Safety Assessment Cucumis Sativus (Cucumber) -Derived Ingredients as Used in Cosmetics.” Cosmetic Ingredient Review 1–18.Han, Y., Panchal, S., Vyas, N., Butani, A., Kumar, V., 2007. “Olea europaea: A Phyto-Pharmacological Review.” Pharmacognosy Reviews 1, 114–118.Hashmi, M.A., Khan, A., Hanif, M., Farooq, U., Perveen, S., 2015. “Traditional uses, phytochemistry, and pharmacology of Olea europaea (olive).” Evidence-based Complementary and Alternative Medicine 2015. https://doi.org/10.1155/2015/541591John, S., S, P., Monica, S.J., C, S., P, A., 2018. “In Vitro Antioxidant and Antimicrobial Properties of Cucumis Sativus L. Peel Extracts.” International Research Journal of Pharmacy 9, 56–60. https://doi.org/10.7897/2230-8407.0918Mawa, S., Husain, K., Jantan, I., 2013. “Ficus carica L. ( Moraceae ): Phytochemistry, Traditional Uses and Biological Activities 2013”.Prajapati, R., Kalariya, M., Parmar, S., Sheth, N., 2010. “Phytochemical and pharmacological review of Lagenaria sicereria.” Journal of Ayurveda and Integrative Medicine 1, 266–272. https://doi.org/10.4103/0975-9476.74431Reddy, C.L., 2013. “A Review on Benefits and Uses of Vitis Vinifera (Grape).” Trade Science Inc. 7, 3–8.Sedighi, M., Bahmani, M., Asgary, S., Beyranvand, F., Rafieian-Kopaei, M., 2017. “A Review of Plant‑Based Compounds and Medicinal Plants Effective on Atherosclerosis.” Journal of Research in Medical Sciences. https://doi.org/10.4103/1735-1995.202151Uzuazokaro, M.-M.A., Okwesili, F.C.N., Chioma, A.A., 2018. “Phytochemical and proximate composition of cucumber (Cucumis sativus) fruit from Nsukka, Nigeria.” African Journal of Biotechnology 17, 1215–1219. https://doi.org/10.5897/ajb2018.16410